Rabu, 08 Februari 2017

Enam Belas Nol satu

Mendung sepertinya akan menghujani gersangnya hari.
Membasahi pandangan yang kering meratap harapan.
Secangkir kopi yang kau seduh sore ini tak lagi senikmat dulu.

Manis yang terlalu berlebihan ini justru mencekik kerongkongan ku.
"Mungkin kau tak sadar telah berlebihan dengan ini, mempermainkan sendunya suasana sore ini.
"Ntahlah,. Jawabmu.
"Kau tau toko seberang sana ?, tanya ku.
"Ada apa ?, jawabmu sambil menaikkan alis dan mengkerutkan kening.
"Kasihan aku melihatnya, selalu sepi dan tak ramai yang mengunjungi.

"Laluu ?. Singkat dan tak kumengerti responmu.

(Aku diam dan kembali menyruput kopi).

Karna kulihat disetiap harinya memang hanya satu sampai 3 pelanggan saja yang mampir. Sisanya ia mengelap meja makan dan peralatan lainnya. Dan hanya ada suara radio kecil yang terletak disudut warungnya.

Sabtu, 04 Februari 2017

Dua tiga nol nol

Sedikit kurasa lelah jiwa ini.
Bersandar harapan dan merajut asa dimalam ini kurasa adalah hal yang tepat.

Mengekspresikan harapan dalam khayal penjembatan mimpi.
Merenungkan rasa yang terabaikan.

Terasa lelah mata ini.
Menatap hampa pujaan hati dan berpaling lupa dari haluan bukanlah sesal yang kurasa.

Mencoba menata hati dalam kalut. Dan melempar tatapan disetiap sudut ruang. Mencari cermin yang tak retak.

Pagi nanti ku berharap. Sudah terjaga dari mimpi indah ini lalu tersadar aku tlah terlanjur menanti.

Aku tahu surat balasanmu itu palsu,
Sudah ku baca barusan tadi.
Tepat pukul dua tiga nol nol sebelum lelap menghangatkan lelahku.

Ya sudah.