Sabtu, 27 Mei 2017

NOL EMPAT TIGAPULUH - Rindu ???

Seperti baru ingin memulai, tapi tanpa sadar ini sudah berjalan, Sering sekali terlupakan, sepenggal lirik dalam nyanyian rindu.

Sajak - sajaknya usang terkikis angin musim.
Alot berkandung asam.
Resah terhadap kekakuan.

Rumus itu turunan,
Sastra itu keindahan.

Sebaiknya tidak perlu memperdebatkan keduanya.
Hanya saja perlu sudut pandang yang berbeda untuk bisa menikmati rona dari keduanya.

Bertanam tanpa bibit.
Bersemi tanpa musim.
Petik saja nanti,
Ketika sudah bermekaran.
Simpan disebelah edelweiss mu.
Ini sama abadinya.

Irul audias

Senin, 06 Maret 2017

Dua tiga Nol Enam

Tubuh yang berselimut lelah.
Terbaring menghampar diatas kerinduan.
Otak dan hati yang terus mempertentangkan rasa dan arah.
Jemari ku genggam erat sebuah harapan.

Tatapan sayu yang masih menerawang.
Bait bait kehidupan
Rasa yang selalu terbayang.
Yang terbawa hanyut dalam sebuah tulisan.

Khalil Ghibran (cinta)
"Pabila cinta menggamitmu,
Ikutlah ia walau jalan-jalannya sukar dan curam.
Pabila ia mengepakkan sayap-sayapnya,
Engkau Serahkanlah dirimu kepadanya.
Walaupun pedang yang tersisip pada sayapnya akan melukakan kamu."

Bibir bergumam kaku membacanya.
Menyadarkan mimpi usang.
Mendobrak akal yang tidak sehat.
Ibarat bom waktu yang terus meneror ruang kehidupan.

Sayang disayang rasa takut berkilauan.
Semakin terang jalan kehancuran.
Semakin gelap kabut harapan.
Menghamba hati dengan keadaan.

Diri yang semakin memuakkan.
Pengecut!
Rentan!
Keras kepala!
Membuntu jalan sendiri.
Menyombongkan kebinasaan diri.

Kucing kucing kampung terdengar meraung.
Memecah hening malam.
Entah apa yang terlintas.
Dengan lelah dan kerinduan yang gila ini.

Inspired by khalil Ghibran (cinta)

Kamis, 02 Maret 2017

Waktu

Yang merubah, mencetak lembaran-lembaran kisah tanpa batas hingga kematian.
Berputar terus tanpa henti dan ntah kapan akan berhenti.
Membawa aku jauh dan terus jauh. Ntah kemana hingga aku sampai disini.
Penuh dusta yang menghitam dan rapuh terbakar kejujuran yang pedih.
Kejujuran yang terus menerus menggeliat dan mencekik leher.
Terus berontak agar dilontarkan.

Waktulah yang membuat semua tertahan. Dan membujukku kelak akan perlahan memuntahkan semua.
Untuk saat ini biarlah begini dengan serpihan hati yang tak pandai lagi kurangkai. Yang tak ku tau kemana pasangan dari pecahannya.
Biar terinjak dan semakin halus. Hingga angin menyapu.

Bergeser selangkah dari tempat terakhirku.
Sama saja, waktu memang sedang membawaku ketempat yang benar-benar baru ku jejaki.
Di sisi ini, aku merasakan aku bagai diawang - awang.
Dimana jantungku yang selalu berdegup kencang dan mencekam menakutkan.
Aku bisa saja terhempas jauh kebawah.
Dan yang kurasa tak mungkin, aku bisa terus keatas.
Karna semakin aku berusaha menggerakkan badan ini keatas.
Aku semakin merasa akan terhempas.

Entahlah, terimakasih waktu.
Tapi aku menikmati perjalananmu.
Wahana kehidupan yang membuat ku bisa merasakan semua.
Yang pasti biarkan dulu aku disini.
Bersama apa yang sedang ku perjuangan.
Biarlah kau (waktu) menghempasku. Jika aku tidak mau meninggalkan ini.

Rabu, 08 Februari 2017

Enam Belas Nol satu

Mendung sepertinya akan menghujani gersangnya hari.
Membasahi pandangan yang kering meratap harapan.
Secangkir kopi yang kau seduh sore ini tak lagi senikmat dulu.

Manis yang terlalu berlebihan ini justru mencekik kerongkongan ku.
"Mungkin kau tak sadar telah berlebihan dengan ini, mempermainkan sendunya suasana sore ini.
"Ntahlah,. Jawabmu.
"Kau tau toko seberang sana ?, tanya ku.
"Ada apa ?, jawabmu sambil menaikkan alis dan mengkerutkan kening.
"Kasihan aku melihatnya, selalu sepi dan tak ramai yang mengunjungi.

"Laluu ?. Singkat dan tak kumengerti responmu.

(Aku diam dan kembali menyruput kopi).

Karna kulihat disetiap harinya memang hanya satu sampai 3 pelanggan saja yang mampir. Sisanya ia mengelap meja makan dan peralatan lainnya. Dan hanya ada suara radio kecil yang terletak disudut warungnya.

Sabtu, 04 Februari 2017

Dua tiga nol nol

Sedikit kurasa lelah jiwa ini.
Bersandar harapan dan merajut asa dimalam ini kurasa adalah hal yang tepat.

Mengekspresikan harapan dalam khayal penjembatan mimpi.
Merenungkan rasa yang terabaikan.

Terasa lelah mata ini.
Menatap hampa pujaan hati dan berpaling lupa dari haluan bukanlah sesal yang kurasa.

Mencoba menata hati dalam kalut. Dan melempar tatapan disetiap sudut ruang. Mencari cermin yang tak retak.

Pagi nanti ku berharap. Sudah terjaga dari mimpi indah ini lalu tersadar aku tlah terlanjur menanti.

Aku tahu surat balasanmu itu palsu,
Sudah ku baca barusan tadi.
Tepat pukul dua tiga nol nol sebelum lelap menghangatkan lelahku.

Ya sudah.

Sabtu, 07 Januari 2017

Jalanan

Secangkir kopi favorit dan sebungkus rokok.
Dengan asap yang aku hembuskan bersama asa.
Riuh ramainya aktifitas angkutan umum dan pengendara lainnya.
Hilir mudik menjemput dan membawa kegeraman-kegeraman ini.

Malam bertajuk kasih dan lelucon konyol mengaduk lelah dan ku teguk bersama kopi.
Asaam perutku !!

Namun aku diam dan menikmati keadaan yang bertolak belakang dengan keinginan.
Melemparkan pandagan kebawah meja.
Dan membutakan rasa.

Dijalanan licin dan bergelimpangan korban trauma.
Dengan sentakan-sentakan kepanikan.
Yang meredam hati.
Dan berhasil membuatku merasa bodoh.

Jalanan kering yang mengantarku pulang.
Deruan angin yang menertawakan.
Kemeja lusuh membungkus badan berisi perasaan yang tak terbalaskan.

IrulAudias 08-01-17