Senin, 19 Oktober 2015

Hanya Saja Aku Tak Memilih.
Aku Harus Terus Melangkah.
Takkan Jauh.
Temukan Aku Dari Hatimu Yang Terdalam
Aku Hidup Bukan Untukmu.
Maaf, Dia Yang Terbaik

Hanya Saja Aku Harus Berfikir.
Nafas Ini Kan Terus Memompa Nadi
Meski Tak Abadi.
Aku Tau Yang Ku Mau.
Pilih Yang Terbaik Untukmu.

Karna Takkan Mungkin Aku Melukai,
Dustai Dunia Dengan Setia,
Membakar Bunga Yang Menghiasi Taman Pagiku.

#Maaf

By : Irul Audias

Selasa, 06 Oktober 2015

Bukan Aku

            Dari waktu yang telah berganti, menghantarkan aktifitas menuju rehat setelah kalah bergelut dengan kesibukan. Namun tetap saja, keplaku masih tetap tegak lurus dengan tak melepaskan tatapan ku dari layar ini. Memaksa waktu untuk melanjutkan semua tantangan. Otakku dituntut berfikir lebih keras. Menyelesaikan tugas dan tanggung jawab sebagai mahasiswa tingkat akhir.
            Tapi kurasa ini bukan aku, semangatku luntur tanpa ku ketahui perubahan apalagi yang ku alami. Kembali aku berusaha berfikir keras untuk menyelesaikan semua tugas-tugas ini. Namun seperti kalah dengan perasaan ini. Entah apa yang telah menggantikan semangatku ini. Sehingga akhirnya kujalani dengan kemalasan dan kebodohan. Terbengkalai, semua terbengkalai dari urusan pribadiku, pekerjaan ku, aktifitasku diluar dan di dalam kampus.
            Cinta ? tidaklah mungkin sosok yang tidak kuanggap ini menjadi penyebabnya. Karna aku sudah pergi jauh meninggalkannya. Hobi dan entertaimen ku mungkin?. Ku rasa juga tidak. Lalu kapan aku terprosot hingga jatuh seperti ini, aku pun bimbang. Hingga aku tak lagi mengerti semua hal yang pernah ku ketahui. Tak lagi aku mengenal diriku sendiri dan apapun itu yang selama ini mengiringiku.


“ hey bodoh ! sudah kah kau selesaikan proposalmu ?.
belom wak, jawabku lemah kepada temanku yang juga bodoh ini.
“ aku juga belum sih, jawabnya sambil tersenyum.
Aku juga menertawakannya perlahan,
“ lalu mengapa kau panggil aku bodoh ? apa bedanya dengan mu ?
“ ya, akhir-akhir ini kau terlihat seperti orang bodoh. Jawabnya nyeletuk.
“ maksudnya ?. tanyaku penasaran.
“ kau memang terlihat bodoh disetiap waktu dengan gayammu berlagak seperti preman dan seleng’an dikampus ini. Tapi kali ini kau jauh terlihat lebih bodoh dengan usangmu ?
“ maksudmu aku terlihat seperti orang yang tidak mandi ?
“ bukan, sambungnya,.
Aku terus penasaran dengan sibodoh yang selalu benar ketika menasehatiku ini.
“ lalu ?
Kulanjutkan sambil kuhidupkan sebatang rokok untuk mendenngarkan ceritanya.
“ kau seperti orang yang tak punya tujuan hidup sekarang. Kau sering datang terlambat, kau sering menyendiri, kau tak lagi mencandai dosen ketika berada didalam kelas, dan tak kulihat lagi kau shalat  berjama’ah di musholah ?
Dari jawaban yang cukup panjang itu ia langsung bergegas dan menggelelngkan kepala dan meraih gantungan ranselnya lalu mengarah kearah jalan keluar menuju parkiran. Memberi isyarat ia akan pulang lebih awal. Karna pada hari itu kami memang sudah tidak ada jadwal kuliah. Dari jawabanya tadi aku sudah mengerti, namun sulit rasanya untuk aku jalankan. Aku merasa seperti tidak maudiganggu dengan hal apapun. Ia pun berlalu dan sambil menekanku lagi.
“ kerjakan tugasmu, jangan lakukan hal yang lebih bodoh lagi !
Aku respon dengan hanya mengangkat jempol kiri ku. Dalam benakku berfikir, sebenarnya aku sudah lupa akan kelelahan, namun kali ini aku teringat dan apakah kali ini ia datang lagi menjamahku. mugnkin juga ia berfikir aku akan melakukan hal yang lebih bodoh lagi karna usangku dimatanya. Tapi ketika ini senyum pun sulit kubagikan.

. . . . . . . . .