Bukan
Aku
Dari waktu yang telah berganti, menghantarkan aktifitas
menuju rehat setelah kalah bergelut dengan kesibukan. Namun tetap saja, keplaku
masih tetap tegak lurus dengan tak melepaskan tatapan ku dari layar ini.
Memaksa waktu untuk melanjutkan semua tantangan. Otakku dituntut berfikir lebih
keras. Menyelesaikan tugas dan tanggung jawab sebagai mahasiswa tingkat akhir.
Tapi kurasa ini bukan aku, semangatku luntur tanpa ku
ketahui perubahan apalagi yang ku alami. Kembali aku berusaha berfikir keras
untuk menyelesaikan semua tugas-tugas ini. Namun seperti kalah dengan perasaan
ini. Entah apa yang telah menggantikan semangatku ini. Sehingga akhirnya
kujalani dengan kemalasan dan kebodohan. Terbengkalai, semua terbengkalai dari
urusan pribadiku, pekerjaan ku, aktifitasku diluar dan di dalam kampus.
Cinta ? tidaklah mungkin sosok yang tidak kuanggap ini
menjadi penyebabnya. Karna aku sudah pergi jauh meninggalkannya. Hobi dan
entertaimen ku mungkin?. Ku rasa juga tidak. Lalu kapan aku terprosot hingga
jatuh seperti ini, aku pun bimbang. Hingga aku tak lagi mengerti semua hal yang
pernah ku ketahui. Tak lagi aku mengenal diriku sendiri dan apapun itu yang
selama ini mengiringiku.
“ hey bodoh ! sudah kah kau
selesaikan proposalmu ?.
“ belom wak, jawabku lemah
kepada temanku yang juga bodoh ini.
“ aku juga belum sih, jawabnya sambil tersenyum.
Aku juga menertawakannya
perlahan,
“ lalu mengapa kau panggil
aku bodoh ? apa bedanya dengan mu ?
“ ya, akhir-akhir ini kau
terlihat seperti orang bodoh. Jawabnya nyeletuk.
“ maksudnya ?. tanyaku
penasaran.
“ kau memang terlihat bodoh
disetiap waktu dengan gayammu berlagak seperti preman dan seleng’an dikampus
ini. Tapi kali ini kau jauh terlihat lebih bodoh dengan usangmu ?
“ maksudmu aku terlihat
seperti orang yang tidak mandi ?
“ bukan, sambungnya,.
Aku terus penasaran dengan
sibodoh yang selalu benar ketika menasehatiku ini.
“ lalu ?
Kulanjutkan sambil
kuhidupkan sebatang rokok untuk mendenngarkan ceritanya.
“ kau seperti orang yang
tak punya tujuan hidup sekarang. Kau sering datang terlambat, kau sering
menyendiri, kau tak lagi mencandai dosen ketika berada didalam kelas, dan tak
kulihat lagi kau shalat berjama’ah
di musholah ?
Dari jawaban yang cukup
panjang itu ia langsung bergegas dan menggelelngkan kepala dan meraih gantungan
ranselnya lalu mengarah kearah jalan keluar menuju parkiran. Memberi isyarat ia
akan pulang lebih awal. Karna pada hari itu kami memang sudah tidak ada jadwal
kuliah. Dari jawabanya tadi aku sudah mengerti, namun sulit rasanya untuk aku
jalankan. Aku merasa seperti tidak maudiganggu dengan hal apapun. Ia pun
berlalu dan sambil menekanku lagi.
“ kerjakan tugasmu, jangan lakukan hal yang lebih bodoh lagi !
Aku respon dengan hanya
mengangkat jempol kiri ku. Dalam benakku berfikir, sebenarnya aku sudah lupa
akan kelelahan, namun kali ini aku teringat dan apakah kali ini ia datang lagi
menjamahku. mugnkin juga ia berfikir aku akan melakukan hal yang lebih bodoh lagi karna usangku dimatanya. Tapi ketika ini senyum pun sulit kubagikan.
. . . . . . . . .