Kamis, 16 April 2015

Armada

Kotak kuning ini takkan aku biarkan berdebu,  usang dan lusuh. Meski tertumpuk buluk di bawah rak buku dikamarku, bercampur dengan barang-barang aneh disekitarnya.

Kotak kuning sempat kuisi dengan nyanyian, baitan puisi dan foto-foto kenangan bekas masa laluku.
Masa lalu yang bercerita tentang kisah kebodohan yang indah.
Dimana aku & keangkuhanku berdiri dibawah atap biru bergulung sarang laba-laba yang putih memekat.
Matahari yang mulai menajam dan meronta kepada keringatku disiang itu untuk terus mengucuri tubuh kurusku ini.
Bagaikan pahlwan yang siap dengan semua masalah aku tegak didepan haluan dan menantang.
Namun sesampainya musuh didepanku,Aku hentikan haluan armadaku. Sampai seorang letnanku menentang dan memilih turun dengan sampannya.
Dengan kuasaku yang tiada daya. Aku hantamkan armadaku kearah karang terbesar. Semua kesal karna porak poranda yang diakibatkan oleh keputusanku. Termasuk mungkin dan misterius bagiku, seorang penari berjemari lentik bermata binar yang sempat setia kepadaku, pergi tanpa alasan.
Dia penari itu, yang sebenarnya dalam harapku akan menjadi pengisi terakhir kotak kuning.
. . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar